Android
(sistem operasi)
Perusahaan / pengembang
|
Google
Open Handset Alliance
|
Diprogram dalam
|
C (inti), C++, Java (UI)[1]
|
Keluarga
|
Unix-like
|
Status terkini
|
Beroperasi
|
Model sumber
|
Sumber terbuka dan
dengan komponen milik perorangan di
sebagian besar perangkat
|
Rilis perdana
|
23 September 2008; 10 tahun lalu
|
Rilis stabil terkini
|
7.0 "Nougat" / 4 Oktober
2016; 2 tahun lalu
|
Target pemasaran
|
Telepon pintar, komputer
tablet, TV, mobil dan jam tangan
|
Ketersediaan bahasa
|
70 bahasa
|
Pengelola paket
|
Google
Play, APK
|
Dukungan platform
|
32- dan 64-bit: arsitektur
ARM, x86,
x86-64, MIPS dan MIPS64
|
Jenis kernel
|
Monolitik (modifikasi
kernel Linux)
|
Ruang pengguna
|
Bionic libc, shell mksh, beberapa
utilitas inti asli dari NetBSD
|
Antarmuka bawaan
|
Grafis (Multisentuh)
|
Lisensi
|
Lisensi Apache 2.0
GNU GPL v2 untuk modifikasi kernel Linux |
Android (/ˈæn.drɔɪd/; an-droyd) adalah sistem
operasi berbasis Linux yang
dirancang untuk perangkat bergerak layar
sentuh seperti telepon
pintar dan komputer
tablet. Android awalnya dikembangkan oleh Android, Inc., dengan
dukungan finansial dari Google, yang kemudian membelinya pada tahun
2005. Sistem operasi ini dirilis secara resmi pada tahun 2007, bersamaan
dengan didirikannya Open Handset Alliance, konsorsium dari
perusahaan-perusahaan perangkat keras, perangkat
lunak, dan telekomunikasi yang bertujuan untuk memajukan standar
terbuka perangkat seluler. Ponsel
Android pertama mulai dijual pada bulan Oktober 2008.
Antarmuka pengguna Android umumnya
berupa manipulasi langsung,
menggunakan gerakan sentuh yang serupa dengan tindakan nyata, misalnya
menggeser, mengetuk, dan mencubit untuk memanipulasi objek di layar,
serta papan ketik virtual untuk menulis teks.
Selain perangkat layar sentuh, Google juga telah mengembangkan Android TV untuk
televisi, Android Auto untuk mobil, dan Android Wear untuk
jam tangan, masing-masingnya memiliki antarmuka pengguna yang berbeda. Varian
Android juga digunakan pada komputer
jinjing, konsol permainan, kamera
digital, dan peralatan elektronik lainnya.
Android adalah sistem
operasi dengan sumber terbuka, dan Google merilis kodenya
di bawah Lisensi Apache. Kode dengan sumber
terbuka dan lisensi perizinan pada Android memungkinkan perangkat lunak untuk
dimodifikasi secara bebas dan didistribusikan oleh para pembuat perangkat,
operator nirkabel, dan pengembang aplikasi. Selain itu, Android memiliki sejumlah
besar komunitas pengembang aplikasi (apps)
yang memperluas fungsionalitas perangkat, umumnya ditulis dalam versi
kustomisasi bahasa pemrograman Java. Pada bulan
Oktober 2013, ada lebih dari satu juta aplikasi yang tersedia untuk Android,
dan sekitar 50 miliar aplikasi telah diunduh dari Google
Play, toko aplikasi utama Android. Sebuah survei pada bulan
April-Mei 2013 menemukan bahwa Android adalah platform paling populer bagi para
pengembang, digunakan oleh 71% pengembang aplikasi bergerak. Di Google
I/O 2014, Google melaporkan terdapat lebih dari satu miliar
pengguna aktif bulanan Android, meningkat dari 583 juta pada bulan Juni 2013.
Faktor-faktor di atas telah
memberikan kontribusi terhadap perkembangan Android, menjadikannya sebagai
sistem operasi telepon pintar yang paling banyak digunakan di
dunia, mengalahkan Symbian pada tahun 2010. Android juga
menjadi pilihan bagi perusahaan teknologi yang menginginkan sistem operasi
berbiaya rendah, bisa dikustomisasi, dan ringan untuk perangkat berteknologi
tinggi tanpa harus mengembangkannya dari awal. Sifat Android yang terbuka
juga telah mendorong munculnya sejumlah besar komunitas pengembang aplikasi
untuk menggunakan kode sumber terbuka sebagai dasar proyek pembuatan aplikasi,
dengan menambahkan fitur-fitur baru bagi pengguna tingkat lanjut atau
mengoperasikan Android pada perangkat yang secara resmi dirilis dengan
menggunakan sistem operasi lain.
Pada November 2013, Android
menguasai pangsa pasar telepon pintar global, yang dipimpin oleh
produk-produk Samsung, dengan persentase 64% pada bulan Maret
2013. Pada Juli 2013, terdapat 11.868 perangkat Android berbeda dengan
beragam versi. Keberhasilan sistem operasi ini juga menjadikannya sebagai
target ligitasi paten "perang telepon pintar" antar
perusahaan-perusahaan teknologi. Hingga bulan Mei 2013, total 900 juta
perangkat Android telah diaktifkan di seluruh dunia, dan 48 miliar aplikasi
telah dipasang dari Google Play.
Sejarah
Android, Inc. didirikan
di Palo Alto, California, pada bulan Oktober
2003 oleh Andy Rubin (pendiri Danger), Rich
Miner (pendiri Wildfire Communications, Inc.), Nick
Sears (mantan VP T-Mobile), dan Chris White (kepala desain dan
pengembangan antarmuka WebTV) untuk mengembangkan "perangkat
seluler pintar yang lebih sadar akan lokasi dan preferensi
penggunanya". Tujuan awal pengembangan Android adalah untuk
mengembangkan sebuah sistem operasi canggih yang diperuntukkan bagi kamera
digital, namun kemudian disadari bahwa pasar untuk perangkat
tersebut tidak cukup besar, dan pengembangan Android lalu dialihkan bagi pasar
telepon pintar untuk menyaingi Symbian dan Windows
Mobile (iPhone Apple belum dirilis pada saat
itu). Meskipun para pengembang Android adalah pakar-pakar teknologi yang
berpengalaman, Android Inc. dioperasikan secara diam-diam, hanya diungkapkan
bahwa para pengembang sedang menciptakan sebuah perangkat lunak yang diperuntukkan
bagi telepon seluler. Masih pada tahun yang sama, Rubin kehabisan
uang. Steve Perlman, seorang teman dekat Rubin,
meminjaminya $10.000 tunai dan menolak tawaran saham di perusahaan.
Google mengakuisisi
Android Inc. pada tanggal 17 Agustus 2005, menjadikannya sebagai anak
perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Google. Pendiri Android Inc. seperti
Rubin, Miner dan White tetap bekerja di perusahaan setelah diakuisisi oleh
Google. Setelah itu, tidak banyak yang diketahui tentang perkembangan
Android Inc., namun banyak anggapan yang menyatakan bahwa Google berencana
untuk memasuki pasar telepon seluler dengan tindakannya ini. Di Google,
tim yang dipimpin oleh Rubin mulai mengembangkan platform perangkat seluler
dengan menggunakan kernel Linux. Google memasarkan platform
tersebut kepada produsen perangkat seluler dan operator nirkabel, dengan
janji bahwa mereka menyediakan sistem yang fleksibel dan bisa diperbarui.
Google telah memilih beberapa mitra perusahaan perangkat lunak dan perangkat
keras, serta mengisyaratkan kepada operator seluler bahwa kerja sama ini
terbuka bagi siapapun yang ingin berpartisipasi.
Spekulasi tentang niat
Google untuk memasuki pasar komunikasi seluler terus berkembang hingga bulan
Desember 2006. BBC dan Wall Street Journal melaporkan
bahwa Google sedang bekerja keras untuk menyertakan aplikasi dan mesin
pencarinya di perangkat seluler. Berbagai media cetak dan media
daring mengabarkan bahwa Google sedang mengembangkan perangkat seluler dengan
merek Google. Beberapa di antaranya berspekulasi bahwa Google telah menentukan
spesifikasi teknisnya, termasuk produsen telepon seluler dan operator jaringan.
Pada bulan Desember 2007, InformationWeek melaporkan
bahwa Google telah mengajukan beberapa aplikasi paten di bidang telepon
seluler.
Pada tanggal 5 November
2007, Open Handset Alliance (OHA)
didirikan. OHA adalah konsorsium dari perusahaan-perusahaan
teknologi seperti Google, produsen perangkat seluler seperti HTC, Sony dan Samsung,
operator nirkabel seperti Sprint
Nextel dan T-Mobile, serta produsen chipset seperti Qualcomm dan Texas
Instruments. OHA sendiri bertujuan untuk mengembangkan standar
terbuka bagi perangkat seluler. Saat itu, Android
diresmikan sebagai produk pertamanya; sebuah platform perangkat
seluler yang menggunakan kernel
Linux versi 2.6. Telepon seluler komersial pertama yang
menggunakan sistem operasi Android adalah HTC
Dream, yang diluncurkan pada 22 Oktober 2008.
Pada tahun 2010, Google
merilis seri Nexus; perangkat telepon pintar dan tablet
dengan sistem operasi Android yang diproduksi oleh mitra produsen telepon
seluler seperti HTC, LG,
dan Samsung. HTC bekerja sama dengan Google dalam merilis produk telepon pintar
Nexus pertama, yakni Nexus One. Seri ini telah diperbarui
dengan perangkat yang lebih baru, misalnya telepon pintar Nexus
4 dan tablet Nexus
10 yang diproduksi oleh LG dan Samsung. Pada 15 Oktober
2014, Google mengumumkan Nexus 6 dan Nexus 9 yang diproduksi oleh Motorola dan
HTC. Pada 13 Maret 2013, Larry
Page mengumumkan dalam postingan blognya bahwa Andy Rubin telah
pindah dari divisi Android untuk mengerjakan proyek-proyek baru di
Google. Ia digantikan oleh Sundar
Pichai, yang sebelumnya menjabat sebagai kepala divisi Google
Chrome, yang mengembangkan Chrome
OS.
Sejak tahun 2008, Android
secara bertahap telah melakukan sejumlah pembaruan untuk meningkatkan
kinerja sistem operasi, menambahkan fitur baru, dan memperbaiki bug yang
terdapat pada versi sebelumnya. Setiap versi utama yang dirilis dinamakan
secara alfabetis berdasarkan nama-nama makanan pencuci mulut atau camilan
bergula; misalnya, versi 1.5 bernama Cupcake, yang kemudian diikuti
oleh versi 1.6 Donut. Versi terbaru adalah 5.0 Lollipop,
yang dirilis pada 15 Oktober 2014.
Fitur
Antarmuka
Antarmuka pengguna pada
Android didasarkan pada manipulasi langsung, menggunakan
masukan sentuh yang serupa dengan tindakan di dunia nyata, misalnya menggesek (swiping),
mengetuk (tapping), dan mencubit (pinching), untuk memanipulasi
objek di layar. Masukan pengguna direspon dengan cepat dan juga tersedia
antarmuka sentuh layaknya permukaan air, seringkali menggunakan kemampuan
getaran perangkat untuk memberikan umpan balik haptik kepada
pengguna. Perangkat keras internal
seperti akselerometer, giroskop,
dan sensor proksimitas digunakan oleh
beberapa aplikasi untuk merespon tindakan pengguna, misalnya untuk menyesuaikan
posisi layar dari potret ke lanskap, tergantung pada bagaimana perangkat
diposisikan, atau memungkinkan pengguna untuk mengarahkan kendaraan saat
bermain balapan dengan memutar perangkat sebagai simulasi kendali setir.
Ketika dihidupkan,
perangkat Android akan memuat pada layar depan (homescreen), yakni
navigasi utama dan pusat informasi pada perangkat, serupa dengan desktop pada komputer
pribadi. Layar depan Android biasanya terdiri dari ikon aplikasi dan widget; ikon aplikasi
berfungsi untuk menjalankan aplikasi terkait, sedangkan widget menampilkan
konten secara langsung dan terbarui otomatis, misalnya prakiraan cuaca, kotak
masuk surel pengguna,
atau menampilkan tiker berita secara langsung dari layar depan. Layar
depan bisa terdiri dari beberapa halaman, pengguna dapat menggeser bolak balik
antara satu halaman ke halaman lainnya, yang memungkinkan pengguna Android
untuk mengatur tampilan perangkat sesuai dengan selera mereka. Beberapa
aplikasi pihak ketiga yang tersedia di Google
Play dan di toko aplikasi lainnya secara ekstensif mampu
mengatur kembali tema layar depan Android, dan bahkan bisa meniru tampilan
sistem operasi lain, misalnya Windows
Phone. Kebanyakan produsen telepon seluler dan operator
nirkabel menyesuaikan tampilan perangkat Android buatan mereka untuk
membedakannya dari pesaing mereka.
Di bagian atas layar terdapat
status bar, yang menampilkan informasi tentang perangkat dan konektivitasnya.
Status bar ini bisa "ditarik" ke bawah untuk membuka layar notifikasi
yang menampilkan informasi penting atau pembaruan aplikasi, misalnya surel
diterima atau SMS masuk, dengan cara tidak mengganggu kegiatan pengguna pada
perangkat. Pada versi awal Android, layar notifikasi ini bisa digunakan
untuk membuka aplikasi yang relevan, namun setelah diperbarui, fungsi ini
semakin disempurnakan, misalnya kemampuan untuk memanggil kembali nomor telepon
dari notifikasi panggilan tak terjawab tanpa harus membuka aplikasi
utama. Notifikasi ini akan tetap ada sampai pengguna melihatnya, atau
dihapus dan di nonaktifkan oleh pengguna.
Aplikasi
Android memungkinkan
penggunanya untuk memasang aplikasi pihak ketiga, baik yang diperoleh dari toko
aplikasi seperti Google Play, Amazon
Appstore, ataupun dengan mengunduh dan memasang berkas APK dari situs pihak ketiga. Di
Google Play, pengguna bisa menjelajah, mengunduh, dan memperbarui aplikasi yang
diterbitkan oleh Google dan pengembang pihak ketiga, sesuai dengan persyaratan
kompatibilitas Google. Google Play akan menyaring daftar aplikasi yang
tersedia berdasarkan kompatibilitasnya dengan perangkat pengguna, dan
pengembang dapat membatasi aplikasi ciptaan mereka bagi operator atau negara
tertentu untuk alasan bisnis. Pembelian aplikasi yang tidak sesuai dengan
keinginan pengguna dapat dikembalikan dalam waktu 15 menit setelah
pengunduhan. Beberapa operator seluler juga menawarkan tagihan langsung
untuk pembelian aplikasi di Google Play dengan cara menambahkan harga pembelian
aplikasi pada tagihan bulanan pengguna. Pada bulan September 2012, ada
lebih dari 675.000 aplikasi yang tersedia untuk Android, dan perkiraan jumlah
aplikasi yang diunduh dari Play Store adalah 25 miliar.
Aplikasi Android
dikembangkan dalam bahasa pemrograman Java dengan
menggunakan kit pengembangan perangkat lunak Android (SDK).
SDK ini terdiri dari seperangkat perkakas pengembangan, termasuk debugger, perpustakaan perangkat lunak,
emulator handset yang berbasis QEMU, dokumentasi, kode
sampel, dan tutorial. Didukung secara resmi oleh lingkungan pengembangan terpadu (IDE) Eclipse, yang menggunakan
plugin Android Development Tools (ADT). Perkakas pengembangan lain yang
tersedia di antaranya adalah Native Development Kit untuk aplikasi
atau ekstensi dalam C atau C++, Google App Inventor, lingkungan visual
untuk pemrogram pemula, dan berbagai kerangka kerja aplikasi web seluler
lintas platform.
Pengelolaan memori
Karena perangkat Android
umumnya bertenaga baterai, Android dirancang untuk mengelola
memori (RAM)
guna menjaga konsumsi daya minimal, berbeda dengan sistem operasi desktop yang
bisa terhubung pada sumber daya listrik tak
terbatas. Ketika sebuah aplikasi Android tidak lagi digunakan, sistem secara
otomatis akan menangguhkannya (suspend) dalam memori – secara teknis
aplikasi tersebut masih "terbuka", namun dengan ditangguhkan,
aplikasi tidak akan mengkonsumsi sumber daya (misalnya daya baterai atau daya
pemrosesan), dan akan "diam" di latar belakang hingga aplikasi
tersebut digunakan kembali. Cara ini memiliki manfaat ganda, tidak hanya
meningkatkan respon perangkat Android karena aplikasi tidak perlu ditutup dan
dibuka kembali dari awal setiap saat, tetapi juga memastikan bahwa aplikasi
yang berjalan di latar belakang tidak menghabiskan daya secara sia-sia.
Android mengelola aplikasi
yang tersimpan di memori secara otomatis: ketika memori lemah, sistem akan
menonaktifkan aplikasi dan proses yang tidak aktif untuk sementara waktu,
aplikasi akan dinonaktifkan dalam urutan terbalik, dimulai dari yang terakhir
digunakan. Proses ini tidak terlihat oleh pengguna, jadi pengguna tidak perlu
mengelola memori atau menonaktifkan aplikasi secara manual. Namun,
kebingungan pengguna atas pengelolaan memori pada Android telah menyebabkan
munculnya beberapa aplikasi task killer pihak ketiga yang
populer di Google Play.
Persyaratan perangkat keras
Hingga November 2013, versi
terbaru Android membutuhkan setidaknya 512 MB RAM, prosesor ARMv7 32-bit, arsitektur
MIPS, atau x86, serta unit pemroses grafis (GPU)
kompatibel OpenGL ES 2.0. Platform perangkat
keras utama pada Android adalah arsitektur
ARM. Ada juga dukungan untuk x86 dari
proyek Android-x86, dan Google
TV menggunakan versi x86 khusus Android. Pada tahun 2013, Freescale mengumumkan
melibatkan Android dalam prosesor i.MX buatannya, yakni
seri i.MX5X dan i.MX6X. Pada 2012, prosesor Intel juga
mulai muncul pada platform utama Android, misalnya pada telepon seluler.
Beberapa komponen perangkat
keras tidak diperlukan, namun sudah menjadi standar di perangkat tertentu.
Beberapa fitur awalnya dibutuhkan sebagai persyaratan, namun kemudian
ditiadakan. Setelah Android menjadi OS telepon pintar, beberapa perangkat
keras, seperti mikrofon, lambat laun berubah menjadi perangkat
opsional. Selain itu, kamera ditetapkan sebagai perangkat wajib
bagi ponsel-ponsel Android. Perangkat Android menggabungkan berbagai
komponen perangkat keras opsional, termasuk kamera video, GPS, sensor
orientasi perangkat keras, kontrol permainan, akselerometer, giroskop,
barometer, magnetometer, sensor proksimitas, sensor tekanan, termometer,
dan layar sentuh.
Android mendukung OpenGL ES
1.1, 2.0, dan 3.0. Beberapa aplikasi secara eksplisit mengharuskan versi
tertentu dari OpenGL ES, sehingga perangkat keras GPU yang cocok diperlukan
bagi perangkat Android untuk menjalankan aplikasi tertentu.
Pengembangan
Android dikembangkan secara
pribadi oleh Google sampai perubahan terbaru dan pembaruan siap untuk dirilis,
dan informasi mengenai kode sumber juga mulai diungkapkan kepada publik. Kode
sumber ini hanya akan berjalan tanpa modifikasi pada perangkat tertentu,
biasanya pada seri Nexus. Ada binari tersendiri
yang disediakan oleh produsen agar Android bisa beroperasi.
Logo Android yang berwarna
hijau awalnya dirancang untuk Google pada tahun 2007 oleh desainer grafis Irina
Blok. Tim desain ditugaskan dengan sebuah proyek untuk membuat sebuah ikon
universal yang mudah dikenali dengan menyertakan ikon robot secara
spesifik dalam desain akhir. Setelah sejumlah perkembangan desain yang
didasarkan pada tema-tema fiksi
ilmiah dan film luar angkasa, tim akhirnya mendapat inspirasi
dari simbol manusia yang terdapat di pintu toilet, dan memodifikasi bentuknya
menjadi bentuk robot. Karena Android adalah perangkat lunak sumber
terbuka, disepakati bahwa logo tersebut juga harus terbuka, dan sejak
diluncurkan, logo hijau tersebut telah didesain ulang kembali dalam berbagai
variasi yang tak terhitung jumlahnya.
Jadwal pembaruan
Google menyediakan
pembaruan utama bagi versi Android, dengan jangka waktu setiap enam sampai
sembilan bulan. Sebagian besar perangkat mampu menerima pembaruan melalui udara (OTA). Pembaruan
utama terbaru adalah Android 6.0 Marshmallow.
Dibandingkan dengan sistem
operasi seluler saingan utamanya, yaitu iOS, pembaruan
Android biasanya lebih lambat diterima oleh perangkat penggunanya. Untuk
perangkat selain merek Nexus, pembaruan biasanya baru bisa diterima dalam waktu
berbulan-bulan setelah dirilisnya versi resmi. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya variasi perangkat keras Android, sehingga
setiap pembaruan harus disesuaikan secara khusus, misalnya: kode sumber resmi
Google hanya berjalan pada perangkat Nexus. Porting Android
pada perangkat keras tertentu yang dilakukan oleh produsen telepon seluler
membutuhkan waktu dan proses, para produsen ini umumnya mengutamakan perangkat
terbaru mereka untuk menerima pembaruan, dan mengenyampingkan perangkat
lama. Oleh sebab itu, telepon pintar lama seringkali tidak diperbarui jika
produsen memutuskan bahwa itu hanya menghabiskan waktu, meskipun sebenarnya
perangkat tersebut mampu menerima pembaruan. Masalah ini diperparah ketika
produsen menyesuaikan Android dengan antarmuka dan aplikasi ciptaan mereka, yang
mana ini harus diterapkan kembali untuk setiap perilisan terbaru. Penundaan
lainnya juga bisa disebabkan oleh operator nirkabel; setelah menerima pembaruan
dari produsen ponsel, operator akan menyesuaikannya dengan kebutuhan mereka,
misalnya melakukan pengujian ekstensif terhadap jaringan sebelum mengirim
pembaruan kepada pengguna.
Kurangnya dukungan
pasca-penjualan dari produsen ponsel dan operator telah menimbulkan kritikan
dari para konsumen dan media teknologi. Beberapa pengkritik menyatakan
bahwa industri memiliki motif keuangan untuk tidak memperbarui perangkat
mereka, seperti tidak adanya pembaruan bagi perangkat lama dan memperbarui
perangkat yang baru dengan tujuan meningkatkan penjualan, sikap yang
mereka sebut "menghina". The
Guardian melaporkan bahwa metode pembaruan yang rumit
terjadi karena produsen ponsel dan operator-lah yang telah merancangnya seperti
itu. Pada 2011, Google, yang bekerja sama dengan sejumlah perusahaan
industri, membentuk "Android Update Alliance", dengan janji bahwa
mereka akan memberikan pembaruan secara tepat waktu bagi setiap perangkat dalam
jangka 18 bulan setelah dirilisnya versi resmi. Sejak didirikan hingga
tahun 2013, organisasi ini tak pernah disebut-sebut lagi. Google kemudian
mulai memperbarui aplikasinya, termasuk Google
Maps dan Google
Play Music, sebagai aplikasi independen yang terpisah dari Android,
dan juga memperkenalkan komponen tingkat-sistem yang menyediakan API bagi
aplikasi Google, yang terpasang otomatis dan diperbarui secara langsung oleh
Google melalui Google Play, serta mendukung hampir semua
perangkat Android dengan versi di atas 2.2.
Kernel Linux
Hingga November 2013,
Android menggunakan kernel yang berbasis kernel
Linux versi 3.x (versi 2.6 pada Android 4.0 Ice Cream
Sandwich dan pendahulunya). Peranti
tengah, perpustakaan perangkat lunak, dan API ditulis
dalam C, dan perangkat lunak aplikasi berjalan
pada kerangka kerja aplikasi,
termasuk perpustakan kompatibel-Java yang berbasis Apache
Harmony. Android menggunakan mesin virtual Dalvik dengan kompilasi tepat waktu untuk
menjalankan 'dex-code' Dalvik (Dalvik Executable), biasanya diterjemahkan
dari bytecode Java.
Arsitektur kernel Linux
pada Android telah diubah oleh Google, berbeda dengan siklus pengembangan
kernel Linux biasa. Secara standar, Android tidak memiliki X
Window System asli ataupun dukungan set lengkap dari
perpustakaan GNU standar.
Oleh sebab itu, sulit untuk memporting perpustakaan atau aplikasi Linux
pada Android. Dukungan untuk aplikasi simpel C dan SDL bisa
dilakukan dengan cara menginjeksi shim Java
dan menggunakan JNI, misalnya pada
port Jagged Alliance 2 untuk
Android.
Salah satu fitur yang coba
disumbangkan oleh Google untuk kernel Linux adalah fitur manajemen daya yang
disebut "wakelocks", namun fitur ini ditolak oleh pengembang kernel
utama karena mereka merasa bahwa Google tidak menunjukkan niatnya untuk
mengembangkan kodenya sendiri. Pada bulan April 2010, Google mengumumkan
bahwa mereka akan menyewa dua karyawan untuk mengembangkan komunitas kernel
Linux, namun, Greg Kroah-Hartman, pengelola kernel Linux
versi stabil, menyatakan pada bulan Desember 2010; ia khawatir bahwa Google tak
lagi berusaha untuk mengubah kode utama Linux. Beberapa pengembang Android
di Google mengisyaratkan bahwa "tim Android sudah mulai jenuh dengan
proses ini", karena mereka hanyalah tim kecil dan dipaksa untuk melakukan
pekerjaan yang mendesak demi keberlangsungan Android.
Pada Agustus 2011, Linus
Torvalds menyatakan: "akhirnya Android dan Linux akan
kembali pada kernel umum, tetapi mungkin untuk empat atau lima tahun
kedepan". Pada Desember 2011, Greg Kroah-Hartman mengumumkan
dimulainya Android Mainlining Project, yang bertujuan untuk mengembalikan
beberapa pemacu, patch, dan fitur Android pada
kernel Linux, yang dimulai dengan Linux 3.3. Setelah upaya sebelumnya
gagal, Linux akhirnya menyertakan fitur wakelocks dan autosleep pada kernel
3.5. Antarmukanya masih sama, namun implementasi Linux yang baru memiliki dua
mode suspend (penangguhan) berbeda: penangguhan ke penyimpanan
(penangguhan tradisional yang digunakan oleh Android), dan penangguhan ke
cakram (hibernasi, serupa dengan fitur yang ada pada desktop). Penyertaan
fitur baru ini akan rampung pada Kernel 3.8, Google telah membuka repositori
kode publik yang berisi karya eksperimental mereka untuk mendesain ulang
Android dengan Kernel 3.8.
Memori
kilat (flash storage) pada perangkat Android dibagi
menjadi beberapa partisi, misalnya "/system" untuk sistem operasi,
dan "/data" untuk pemasangan aplikasi dan data pengguna. Berbeda
dengan distribusi desktop Linux, pemilik perangkat Android tidak diberikan
akses root pada sistem
operasi, dan partisi sensitif seperti /system bersifat hanya-baca.
Namun, akses root dapat diperoleh dengan cara memanfaatkan kelemahan keamanan
pada Android, cara ini sering digunakan oleh komunitas
sumber terbuka untuk meningkatkan kinerja perangkat
mereka, namun juga bisa dimanfaatkan oleh pihak yang tidak
bertanggungjawab untuk menyebarkan virus dan perangkat
perusak.
Terkait dengan masalah
apakah Android bisa digolongkan ke dalam distribusi Linux masih diperdebatkan
secara luas. Linux Foundation dan Chris
DiBona, kepala sumber terbuka Google, mendukung hal ini.
Sedangkan yang lainnya, seperti teknisi Google Patrick Brady, menentangnya, ia
beralasan bahwa Android kurang mendukung sebagian besar perkakas GNU,
termasuk glibc.
Komunitas sumber terbuka
Android memiliki komunitas
pengembang dan penggemar aktif yang menggunakan kode sumber Android untuk
mengembangkan dan mendistribusikan versi modifikasi Android buatan
mereka. Komunitas pengembang ini seringkali memberikan pembaruan dan
fitur-fitur baru bagi perangkat lebih cepat jika dibandingkan dengan
produsen/operator, meskipun pembaruan tersebut tidak menjalani pengujian
ekstensif atau tidak memiliki jaminan kualitas. Mereka berupaya untuk
terus memberikan dukungan bagi perangkat-perangkat lama yang tak lagi menerima
pembaruan resmi, ataupun memodifikasi perangkat Android agar bisa berjalan
dengan menggunakan sistem operasi lain, misalnya HP
TouchPad. Komunitas ini seringkali merilis pembaruan bagi perangkat
pra-rooted, dan berisi modifikasi yang
tidak cocok bagi pengguna non-teknis, misalnya kemampuan untuk overclock atau over/undervolt prosesor
perangkat. CyanogenMod adalah perangkat
tegar (firmware) komunitas yang paling banyak digunakan,
dan menjadi dasar bagi sejumlah firmware lainnya.
Secara historis, produsen
perangkat dan operator seluler biasanya tidak mendukung pengembangan firmware oleh
pihak ketiga. Produsen khawatir bahwa akan muncul fungsi yang tidak sesuai jika
perangkat menggunakan perangkat
lunak yang tidak resmi, sehingga akan menyebabkan munculnya
biaya tambahan. Selain itu, firmware modifikasi seperti
CyanogenMod kadang-kadang menawarkan fitur yang membuat operator harus
mengeluarkan biaya premium, misalnya tethering.
Akibatnya, kendala teknis seperti terkuncinya pengebutan (bootloader)
dan terbatasnya akses root umumnya bisa ditemui di kebanyakan
perangkat Android. Namun, perangkat lunak buatan komunitas pengembang semakin
populer, dan setelah Kongres Pustakawan Amerika Serikat mengizinkan "jailbreaking" perangkat
seluler, produsen ponsel dan operator mulai memperlunak sikap mereka
terhadap pengembang pihak ketiga. Beberapa produsen ponsel, termasuk HTC, Motorola, Samsung dan Sony, mulai memberikan
dukungan dan mendorong pengembangan perangkat lunak pihak ketiga. Sebagai
hasilnya, kendala pembatasan perangkat keras untuk
memasang perangkat tegar tidak resmi mulai
berkurang secara bertahap setelah meningkatnya jumlah perangkat yang memiliki
kemampuan untuk membuka bootloader, sama dengan seri ponsel Nexus,
meskipun pengguna harus kehilangan garansi perangkat
mereka jika melakukannya. Akan tetapi, meskipun produsen ponsel telah
menyetujui pengembangan perangkat lunak pihak ketiga, beberapa operator seluler
di Amerika Serikat masih mewajibkan
ponsel penggunanya untuk "dikunci".
Kemampuan untuk membuka dan
meretas sistem pada telepon pintar dan tablet terus menjadi sumber perdebatan
antar komunitas pengembang dan industri; komunitas beralasan bahwa pengembangan
tidak resmi dilakukan karena industri gagal memberikan pembaruan yang tepat
waktu bagi pengguna, atau untuk tetap melanjutkan dukungan versi terbaru bagi
perangkat lama mereka.
Keamanan dan privasi
Aplikasi Android berjalan
di sandbox, sebuah area
terisolasi yang tidak memiliki akses pada sistem, kecuali izin akses yang
secara eksplisit diberikan oleh pengguna ketika memasang aplikasi. Sebelum
memasang aplikasi, Play Store akan menampilkan semua izin
yang diperlukan, misalnya: sebuah permainan perlu mengaktifkan getaran atau
menyimpan data pada Kartu SD, tetapi tidak perlu izin untuk
membaca SMS atau mengakses buku telepon. Setelah meninjau izin tersebut,
pengguna dapat memilih untuk menerima atau menolaknya, dan bisa memasang
aplikasi hanya jika mereka menerimanya.
Sistem sandbox dan
perizinan pada Android bisa mengurangi dampak kerentanan terhadap bug pada
aplikasi, namun ketidaktahuan pengembang dan terbatasnya dokumentasi telah
menghasilkan aplikasi yang secara rutin meminta izin yang tidak perlu, sehingga
mengurangi efektivitasnya. Beberapa perusahaan keamanan perangkat lunak
seperti Avast, Lookout Mobile Security, AVG
Technologies, dan McAfee, telah
merilis perangkat lunak antivirus ciptaan mereka untuk perangkat Android.
Perangkat lunak ini sebenarnya tidak bekerja secara efektif karena sandbox juga
bekerja pada aplikasi tersebut, sehingga membatasi kemampuannya untuk memindai
sistem secara lebih mendalam.
Hasil penelitian perusahaan
keamanan Trend Micro menunjukkan bahwa
penyalahgunaan layanan premium adalah tipe perangkat
perusak (malware) paling umum yang menyerang Android;
pesan teks akan dikirim dari ponsel yang telah terinfeksi ke nomor telepon
premium tanpa persetujuan atau sepengetahuan pengguna. Perangkat perusak
lainnya akan menampilkan iklan yang tidak diinginkan pada perangkat, atau
mengirim informasi pribadi pada pihak ketiga yang tak berwenang. Ancaman
keamanan pada Android dilaporkan tumbuh secara bertahap, namun teknisi di
Google menyatakan bahwa perangkat perusak dan ancaman virus pada Android hanya
dibesar-besarkan oleh perusahaan antivirus untuk alasan komersial, dan
menuduh industri antivirus memanfaatkan situasi tersebut untuk menjual produknya
kepada pengguna. Google menegaskan bahwa keberadaan perangkat perusak
berbahaya pada Android sebenarnya sangat jarang, dan survei yang dilakukan
oleh F-Secure menunjukkan bahwa hanya 0,5% dari perangkat perusak Android yang
berasal dari Google Play.
Google baru-baru ini
menggunakan pemindai perangkat perusak Google
Bouncer untuk mengawasi dan memindai aplikasi di Google
Play. Tindakan ini bertujuan untuk menandai aplikasi yang mencurigakan dan
memperingatkan pengguna atas potensi masalah pada aplikasi sebelum mereka
mengunduhnya. Android versi 4.2 Jelly Bean dirilis pada
tahun 2012 dengan fitur keamanan yang ditingkatkan, termasuk pemindai perangkat
perusak yang disertakan dalam sistem; pemindai ini tidak hanya memeriksa
aplikasi yang dipasang dari Google Play, namun juga bisa memindai aplikasi yang
diunduh dari situs-situs pihak ketiga. Sistem akan memberikan peringatan yang
memberitahukan pengguna ketika aplikasi mencoba mengirim pesan teks premium,
dan memblokir pesan tersebut, kecuali jika pengguna mengizinkannya.
Telepon pintar Android
memiliki kemampuan untuk melaporkan lokasi titik akses Wi-Fi, terutama
jika pengguna sedang bepergian, untuk menciptakan basis data yang berisi lokasi
fisik dari ratusan juta titik akses tersebut. Basis data ini membentuk peta
elektronik yang bisa memosisikan lokasi telepon pintar. Hal ini memungkinkan
pengguna untuk menjalankan aplikasi seperti Foursquare, Google
Latitude, Facebook
Places, dan untuk mengirimkan iklan berbasis lokasi. Beberapa
perangkat lunak pemantau pihak ketiga juga bisa mendeteksi saat informasi
pribadi dikirim dari aplikasi ke server jarak jauh. Sifat sumber terbuka
Android memungkinkan perusahaan keamanan untuk menyesuaikan perangkat dengan
penggunaan yang sangat aman. Misalnya, Samsung bekerja sama dengan General
Dynamics melalui proyek "Knox" Open
Kernel Labs.
Pada September 2013,
terungkap bahwa badan intelijen Amerika Serikat dan Britania; NSA dan Government Communications
Headquarters (GCHQ), memiliki akses terhadap data pengguna pada
perangkat iPhone, Blackberry,
dan Android. Mereka bisa membaca hampir keseluruhan informasi pada telepon
pintar, termasuk SMS,
lokasi, surel,
dan catatan.
Lisensi
Kode
sumber untuk Android tersedia di bawah lisensi perangkat lunak sumber
terbuka dan bebas. Google menerbitkan sebagian besar kode (termasuk
kode jaringan dan telepon) di bawah Lisensi
Apache versi 2.0. Sisanya, perubahan kernel
Linux berada di bawah GNU General Public License versi
2. Open Handset Alliance mengembangkan
perubahan kernel Linux dengan kode sumber terbuka yang dipubikasikan setiap
saat. Selebihnya, Android dikembangkan secara pribadi oleh Google,
dengan kode sumber yang diterbitkan untuk umum ketika versi baru diluncurkan.
Biasanya Google bekerja sama dengan produsen perangkat keras untuk
mengembangkan sebuah perangkat "andalan" (misalnya seri Google Nexus)
yang disertai dengan versi baru Android, kemudian menerbitkan kode sumbernya
setelah perangkat tersebut dirilis.
Pada awal 2011, Google
memilih untuk menahan sementara kode sumber Android untuk tablet yang dirilis
dengan versi 3.0 Honeycomb. Menurut Andy
Rubin dalam sebuah posting blog resmi Android, alasannya
karena Honeycomb dirilis untuk berjalan pada produk Motorola
Xoom, dan Google tidak ingin pihak ketiga "memperburuk
pengalaman pengguna" dengan mencoba mengoperasikan versi Android yang
ditujukan untuk tablet pada telepon pintar. Kode sumber tersebut akhirnya
dipublikasikan pada bulan November 2011 dengan dirilisnya Android 4.0 Ice
Cream Sandwich.
Meskipun bersifat terbuka,
produsen perangkat tidak bisa menggunakan merek
dagang Android Google seenaknya, kecuali Google menyatakan
bahwa perangkat tersebut sesuai dengan Compatibility Definition Document (CDD)
mereka. Perangkat juga harus memenuhi lisensi persyaratan aplikasi sumber
tertutup Google, termasuk Google
Play. Richard Stallman dan Free Software Foundation telah
mengkritik mengenai rumitnya permasalahan merek Android ini, dan
merekomendasikan sistem operasi alternatif seperti Replicant. Mereka
berpendapat bahwa pemacu peranti dan perangkat
tegar yang diperlukan untuk mengoperasikan Android bersifat
eksklusif, dan Google Play juga menawarkan perangkat lunak berbayar.
Penerimaan
Android disambut dengan
hangat ketika diresmikan pada tahun 2007. Meskipun para analis terkesan dengan
perusahaan teknologi ternama yang bermitra dengan Google untuk membentuk Open
Handset Alliance, masih diragukan apakah para produsen ponsel akan bersedia
mengganti sistem operasinya dengan Android.[145] Gagasan
mengenai sumber terbuka dan platform pengembangan berbasis
Linux telah menarik minat para pakar teknologi, tetapi juga muncul
kekhawatiran mengenai persaingan ketat yang akan dihadapi Android dengan pemain
mapan di pasar telepon pintar seperti Nokia dan Microsoft. Nokia
menanggapinya dengan menyatakan: "kami tidak melihat ini sebagai
ancaman," sementara salah satu anggota tim Windows
Mobile Microsoft menyatakan: "Saya tidak mengerti, dampak
apa yang akan mereka hasilkan."
Android dengan cepat tumbuh
menjadi sistem operasi telepon pintar yang
paling banyak digunakan, dan menjadi "salah satu sistem operasi
seluler tercepat yang pernah ada." Para peninjau memuji sifat sumber
terbuka Android sebagai salah satu kekuatan yang menentukan keberhasilannya,
memungkinkan perusahaan-perusahaan seperti Amazon (Kindle
Fire), Barnes & Noble (Nook), Ouya, Baidu, dan yang
lainnya, untuk berbondong-bondong merilis perangkat lunak dan perangkat keras
yang bisa beroperasi pada versi Android. Alhasil, situs teknologi Ars
Technica menyebut Android sebagai "sistem operasi standar
untuk meluncurkan perangkat keras baru" bagi perusahaan tanpa harus
memiliki platform seluler sendiri. Sifat Android yang terbuka dan fleksibel
juga dinikmati oleh pengguna: Android memungkinkan penggunanya untuk
mengkustomisasi perangkatnya secara ekstensif, dan aplikasi juga tersedia bebas
di toko aplikasi non-Google dan di situs-situs pihak ketiga. Faktor ini menjadi
salah satu keunggulan yang dimiliki oleh ponsel Android jika dibandingkan
dengan ponsel lainnya.
Meskipun Android sangat
populer, dengan tingkat aktivasi perangkat tiga kali lipat lebih tinggi
dari iOS,
ada laporan yang menyatakan bahwa Google belum mampu memanfaatkan produk mereka
secara maksimal, dan layanan web pada akhirnya mengubah Android menjadi
penghasil uang, seperti yang telah diperkirakan oleh para analis sebelumnya. The
Verge berpendapat bahwa Google telah kehilangan kontrol
terhadap Android karena luasnya kustomisasi yang bisa dilakukan oleh pengembang
dan pengguna, juga karena tingginya proliferasi aplikasi dan layanan
non-Google – misalnya Amazon Kindle
Fire mengarahkan pengguna untuk mengunjungi Amazon app store,
yang bersaing langsung dengan Google Play. SVP Google, Andy
Rubin, yang posisinya sebagai kepala divisi Android digantikan pada
bulan Maret 2013, disalahkan karena gagal dalam membangun kemitraan yang sehat
dengan para produsen ponsel. Pemimpin utama produk-produk Android di pasar
global adalah Samsung; salah satu produknya, Galaxy,
berperan penting dalam pengenalan merek Android sejak tahun
2011. Sedangkan produsen ponsel Android lainnya seperti LG, HTC, dan Motorola
Mobility milik Google, telah berjuang keras untuk memasarkan
produknya sejak tahun 2011. Ironisnya, di saat Google tidak mendapatkan apapun
dari hasil penjualan produk Android secara langsung, Microsoft dan Apple malah
berhasil memenangkan gugatan atas pembayaran royalti paten dari
produsen perangkat Android.
Android juga dikatakan
sangat "terfragmentasi", yaitu suatu kondisi saat berbagai
perangkat Android, baik dari segi variasi perangkat keras dan perbedaan
perangkat lunak yang berjalan, ditugaskan untuk mengembangkan aplikasi agar
bisa berjalan secara konsisten, lebih rumit jika dibandingkan dengan iOS, yang
aplikasinya kurang bervariasi. Sebagai contoh, menurut data OpenSignal pada
Juli 2013, terdapat 11.868 model perangkat Android dengan berbagai ukuran layar
dan versi Android, sedangkan sebagian besar pengguna iOS menggunakan perangkat
iPhone dengan versi terbaru.
Tablet
Meskipun sukses di telepon
pintar, pengadopsian Android untuk komputer
tablet awalnya berjalan lambat. Salah satu penyebab
utamanya adalah adanya situasi yang dikenal dengan "ayam
atau telur", yaitu kondisi ketika konsumen ragu-ragu untuk
membeli tablet Android karena kurangnya aplikasi tablet yang berkualitas
tinggi, sementara di sisi lain, para pengembang juga ragu-ragu untuk
menghabiskan waktu dan sumber daya mereka untuk mengembangkan aplikasi tablet
sampai tersedianya pasar yang signifikan bagi produk tersebut. Konten dan
"ekosistem" aplikasi terbukti lebih penting jika dibandingkan
dengan spesifikasi perangkat
keras setelah dimulainya penjualan tablet. Karena kurangnya aplikasi untuk
tablet pada 2011, tablet Android awalnya terpaksa harus memasang aplikasi yang
diperuntukkan bagi telepon pintar, sehingga ukuran layarnya tidak cocok dengan
layar tablet yang besar. Selain itu, lambannya pertumbuhan tablet Android juga
disebabkan oleh dominasi iPad Apple yang memiliki banyak
aplikasi iOS yang
kompatibel dengan tablet.
Pertumbuhan aplikasi tablet
Android perlahan-lahan mulai meningkat, namun, di saat yang bersamaan, sejumlah
besar tablet yang menggunakan sistem operasi lain seperti HP
TouchPad dan BlackBerry PlayBook juga dirilis ke
pasaran untuk memanfaatkan keberhasilan iPad. InfoWorld menjuluki
bisnis ini dengan sebutan "bisnis Frankenphone"; suatu peluang
investasi rendah jangka pendek yang memaksakan penggunaan OS telepon pintar
Android yang dioptimalkan (sebelum Android 3.0 Honeycomb untuk
tablet dirilis) pada perangkat dengan mengabaikan antarmuka pengguna.
Pendekatan ini gagal meraih traksi pasar dengan konsumen serta memperburuk
reputasi tablet Android. Terlebih lagi, beberapa tablet Android
seperti Motorola Xoom dibanderol dengan harga
yang sama, atau lebih mahal dari iPad, yang semakin memperburuk penjualan.
Pengecualian ada pada Kindle Fire Amazon,
yang dijual dengan harga lebih murah dan kemampuan untuk mengakses konten dan
"ekosistem" aplikasi Amazon.
Hal ini mulai berubah pada
tahun 2012 dengan dirilisnya Nexus
7, dan adanya dorongan dari Google kepada para pengembang untuk
menciptakan aplikasi tablet yang lebih baik. Pangsa pasar tablet Android
akhirnya berhasil menyalip iPad pada pertengahan 2012.
Pangsa pasar
Perusahaan riset Canalys
memperkirakan bahwa pada kuartal kedua 2009, Android memiliki pangsa penjualan
telepon pintar sebesar 2,8% di seluruh dunia. Pada kuartal keempat 2010,
jumlah ini melonjak menjadi 33%, menjadi platform telepon
pintar terlaris di dunia. Hingga kuartal ketiga 2011, Gartner memperkirakan
lebih dari setengah (52,5%) pasar telepon pintar global dikuasai oleh
Android. Menurut IDC, pada kuartal ketiga 2012, Android menguasai 75%
pangsa pasar telepon pintar global.
Pada bulan Juli 2011,
Google mengungkapkan bahwa terdapat 550.000 perangkat Android baru yang
diaktifkan setiap harinya, meningkat dari 400.000 per hari pada bulan
Mei, dan secara total, lebih dari 100 juta perangkat Android telah
diaktifkan di seluruh dunia, dengan pertumbuhan 4,4% per minggu. Pada
bulan September 2012, 500 juta perangkat Android telah diaktifkan, dengan 1,3
juta aktivasi per hari. Pada Mei 2013, di Google
I/O, Sundar Pichai mengumumkan bahwa total perangkat Android yang
telah diaktifkan berjumlah 900 juta.
Pangsa pasar Android
bervariasi menurut lokasi. Pada bulan Juli 2012, pangsa pasar Android di Amerika
Serikat adalah 52%, dan meningkat hingga 90 % di RRT. Selama
kuartal ketiga 2012, pangsa pasar telepon pintar Android di seluruh dunia
adalah 75%, dengan total perangkat yang diaktifkan berjumlah 750 juta dan
1,5 juta aktivasi per hari.
Pada bulan Maret 2013,
pangsa Android di pasar telepon pintar global dipimpin oleh produk-produk
Samsung, yakni sebesar 64%. Perusahaan riset pasar, Kantar, melaporkan bahwa
platform besutan Google menyumbang lebih dari 70% dari seluruh penjualan
perangkat telepon pintar di RRT selama periode ini. Masih pada periode yang
sama, tingkat loyalitas terhadap penggunaan produk-produk Samsung di Inggris (59%)
adalah yang tertinggi kedua setelah Apple (79%).
Hingga November 2013, pangsa pasar Android
dikabarkan telah mencapai 80%. Dari 261,1 juta telepon pintar yang terjual pada
bulan Agustus, September, dan Oktober 2013, sekitar 211 juta di antaranya
adalah perangkat Android.
Versi
|
Nama kode
|
Tanggal rilis
|
Level API
|
Distribusi
|
8.0
|
Oreo
|
21 Agustus 2017
|
26
|
|
7.0
|
Nougat
|
22 Agustus 2016
|
24
|
Kurang dari 0.1%
|
6.0
|
Marshmallow
|
19 Agustus 2015
|
23
|
|
5.x
|
Lollipop
|
15 Oktober 2014
|
21
|
|
4.4.x
|
KitKat[179]
|
31 Oktober 2013[180]
|
19
|
24,5%
|
4.3.x
|
Jelly Bean
|
24 Juli 2013
|
18
|
8%
|
4.2.x
|
Jelly Bean
|
13 November 2012
|
17
|
20,7%
|
4.1.x
|
Jelly Bean
|
9 Juli 2012
|
16
|
25,1%
|
4.0.3–4.0.4
|
Ice Cream Sandwich
|
16 Desember 2011
|
15
|
9,6%
|
3.2
|
Honeycomb
|
15 Juli 2011
|
13
|
|
3.1
|
Honeycomb
|
10 Mei 2011
|
12
|
|
2.3.3–2.3.7
|
Gingerbread
|
9 Februari 2011
|
10
|
11,7%
|
2.3–2.3.2
|
Gingerbread
|
6 Desember 2010
|
9
|
|
2.2
|
Froyo
|
20 Mei 2010
|
8
|
0,7%
|
2.0–2.1
|
Eclair
|
26 Oktober 2009
|
7
|
|
1.6
|
Donut
|
15 September 2009
|
4
|
|
1.5
|
Cupcake
|
30 April 2009
|
3
|
Pembajakan aplikasi
Ada beberapa kekhawatiran
mengenai mudahnya aplikasi berbayar Android untuk dibajak. Pada bulan
Mei 2012, Eurogamer, pengembang Football
Manager, menyatakan bahwa rasio pemain bajakan vs pemain asli adalah
9:1 pada permainan buatan mereka. Namun, tidak semua pengembang
mempermasalahkan tingkat pembajakan ini; pada Juli 2012, pengembang permainan
Wind-up Knight mengungkapkan bahwa tingkat pembajakan pada permainan mereka
hanya 12%, dan sebagian besarnya berasal dari Cina, negara yang pengguna
Androidnya tidak bisa membeli aplikasi dari Google Play.
Pada 2010, Google merilis
sebuah alat yang berfungsi memvalidasi pembelian resmi untuk digunakan dalam
aplikasi, tetapi pengembang mengeluh bahwa hal itu tidak cukup efisien. Google
menjawab bahwa alat tersebut dimaksudkan sebagai kerangka sampel bagi para
pengembang untuk memodifikasi dan mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan
mereka, bukan sebagai solusi untuk mengakhiri pembajakan. Pada tahun 2012,
Google merilis sebuah fitur dalam Android 4.1 yang mengenskripsikan aplikasi
berbayar sehingga aplikasi tersebut hanya bisa berjalan pada perangkat tempat
mereka dibeli, namun fitur ini dinonaktifkan untuk sementara karena masalah
teknis.
Masalah hukum
Baik Android maupun
produsen ponsel Android telah terlibat dalam berbagai kasus hukum paten. Pada
tanggal 12 Agustus 2010, Oracle menggugat Google atas tuduhan
pelanggaran hak cipta dan paten yang berhubungan dengan bahasa
pemrograman Java. Oracle awalnya
menuntut ganti rugi sebesar $6,1 miliar, namun tuntutan ini ditolak oleh
pengadilan federal Amerika Serikat, yang meminta Oracle untuk merevisi
gugatannya. Sebagai tanggapan, Google mengajukan beberapa pembelaan,
mengklaim bahwa Android tidak melanggar paten atau hak
cipta Oracle, bahwa paten Oracle tidak valid, dan beberapa
pembelaan lainnya. Pihak Oracle menyatakan bahwa Android berbasis pada Apache
Harmony, implementasi clean room perpustakaan
kelas Java, dan secara independen mengembangkan mesin virtual yang
disebut Dalvik. Pada bulan Mei
2012, juri dalam kasus ini menemukan bahwa Google tidak melanggar paten Oracle,
dan hakim memutuskan bahwa struktur API Java yang digunakan oleh Google tidak
memiliki hak cipta.
Selain tuntutan secara
langsung terhadap Google, berbagai "perang
proksi" juga dilancarkan terhadap Android secara tidak langsung
dengan menargetkan produsen perangkat Android, dengan tujuan untuk memperkecil
peluang produsen tersebut mengadopsi platform Android dan meningkatkan biaya
peluncuran produk Android ke pasaran. Apple dan Microsoft menggugat
beberapa produsen perangkat Android terkait masalah pelanggaran paten; tuntutan
Apple yang berkepanjangan terhadap Samsung menjadi kasus yang sangat
terpublikasi. Pada Oktober 2011, Microsoft mengungkapkan bahwa mereka telah
menandatangani perjanjian lisensi paten dengan sepuluh produsen ponsel yang
produk-produknya menguasai 55% pasar global perangkat Android, termasuk Samsung dan HTC. Kasus
pelanggaran paten antara Samsung dan Microsoft berakhir dengan kesepakatan
bahwa Samsung akan mengalokasikan lebih banyak sumber daya untuk mengembangkan
dan memasarkan ponsel dengan sistem operasi Windows
Phone besutan Microsoft.
Google secara terbuka
menyatakan kefrustrasiannya dalam menghadapi gugatan pelanggaran paten di
Amerika Serikat, menuduh bahwa Apple, Oracle, dan Microsoft sedang berupaya
untuk melemahkan kedigjayaan Android melalui litigasi paten, alih-alih
berinovasi dan bersaing dengan cara menciptakan produk dan layanan yang lebih
baik. Pada 2011-2012, Google membeli Motorola
Mobility seharga $12,5 miliar. Upaya ini dipandang sebagai
langkah pertahanan Google untuk melindungi Android, karena Motorola Mobility
memegang lebih dari 17.000 hak paten. Pada Desember 2011, Google juga
membeli lebih dari seribu paten dari IBM.
Pada 2013, Fairsearch,
sebuah organisasi yang didukung oleh Microsoft, Oracle, dan lainnya, mengajukan
keluhan terhadap Android pada Komisi
Eropa, menyatakan bahwa distribusi perangkat Android yang bebas
biaya merupakan bentuk persaingan harga anti-kompetitif. Free Software Foundation Europe,
yang didonori Google, membantah tuduhan Fairsearch.
Penggunaan di perangkat lain
Sifat Android yang terbuka
dan bisa dikustomisasi menyebabkan sistem operasi ini juga digunakan pada
perangkat elektronik lainnya, termasuk laptop dan netbook, smartbook, Smart TV (Google
TV), dan kamera (Nikon Coolpix S800c dan Galaxy
Camera). Selain itu, sistem operasi Android juga mengembangkan
aplikasinya pada kacamata pintar (Google
Glass), jam tangan, penyuara
kuping, CD mobil dan pemutar DVD, cermin, pemutar media portabel, jaringan
tetap, dan telepon
VoIP. Ouya,
sebuah konsol permainan
video yang menggunakan sistem operasi Android, menjadi salah satu produk Kickstarter yang
paling sukses, didanai sebesar $8,5 juta untuk pengembangannya, yang kemudian
diikuti oleh konsol permainan video berbasis Android lainnya seperti Project Shield besutan Nvidia.
Pada tahun 2011, Google
memperkenalkan "Android@Home", teknologi otomatis baru yang
memanfaatkan Android untuk mengontrol beberapa alat-alat rumah tangga seperti
kontak lampu, soket listrik, dan termostat. Mengontrol lampu dikatakan dapat
dikendalikan dari ponsel atau tablet Android. Pimpinan Android Andy Rubin
menegaskan bahwa "menyalakan dan mematikan lampu bukanlah hal yang baru,
Google berpikir lebih ambisius dan tujuannya adalah untuk menggunakan posisinya
sebagai penyedia jasa awan guna
membawa produk-produk Google ke rumah pelanggan."
Pada bulan Agustus 2011,
Parrot meluncurkan sistem stereo mobil dengan platform Android, yang dikenal
dengan Asteroid dan dilengkapi dengan perintah suara. Pada September 2013,
Clarion merilis sistem stereo mobil dengan platform Android yang lebih maju,
yang dikenal dengan AX1 dan Mirage, menggunakan Android 2.3.7 dan 2.2
(Gingerbread) dan dilengkapi dengan navigasi berbasis GPS, layar 6,5
inci, dan berbagai pilihan untuk akses data nirkabel.
Berbagai perangkat lainnya,
meskipun tidak menggunakan Android, juga dirancang dengan antarmuka yang
berfungsi sebagai pendamping atau pelengkap bagi perangkat Android,
misalnya SmartWatch Sony atau Galaxy Gear Samsung.
Sumber :https://id.wikipedia.org/wiki/Android_(sistem_operasi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar